Aku Bukan Dirinya 2
Sebuah perpisahan kian
mendekati sebuah kehidupan ini seperti takdir yang takan bisa kita hindari dan
seperti air yang terus mengair mengikuti arusnya tanpa henti
“Ihsan berjanjilah dengan
sebuah kelingking yang saling bergandengan satu dengan yang lain berjanjilah
bahwa disaat kita kelak sudah sukses kita akan bertemu kembali di bukit yang
indah ini di harii yang sama dan tanggal yang sama
Aku berkata
“Baiklah aku berjanji
dengan seluruh rasaku padamu aku akan bertemu kembali di sini dan akan setia
menunggu mu kembali “
Sekejap saja waktu tak
terasa disaat kita ucapkan janji itu dan angin yang berhembus menuju hati dan
selalu mengarungi jiwa ku , hari semakin malam dan kita beranjak pergi dari
bukit itu
Ku antarkan putri sampai
depan rumah dan disaat ku pergi pulang putri menangis aku benar – benar tak kuasa melihat semua air
mata putri namun malam itu putri pun harus bersiap dan beristirahat untuk
keberangkatannya
Disaat ku berbaring di tempat tidur ku tak bisa ku pejamkan mata
dan tak bisa pikiran ku berpaling dari wajahnya yang selalu membayangi ku malam
ini hanya rasa sedih , aku ingin sekali menangis tetapi aku berjanji terhadap
putri jangan menangis karena hal sepele .
Tak terasa detik demi
detik berjalan hingga waktu menunjukan pukul 5 tepat aku langsung bergegas
shalat dan langsung pergi menuju rumah putri
Disaat ku tiba di depan
rumah putri , aku melihat putri yang sedang menunggu ku , sejenak ku terdiam
tidak satu kata yang terucap dari
mulutku hanya rasa sedih yang selalu kutahan dalam hati , ku lihat beberapa
tetes air mata putri yang selalu berlinang di pipinya dan sejenak putri
mendekatiku dan putri berkata “ Aku takan pergi sebelum kau datang “
Tak terasa air mata ku
terjatuh di pipiku dan putri mengusap air mata ku dengan sapu tangan kesayangannya
tak kurasa aku memegang tanganya dan tak ingin kulepaskan dia dari genggamanku
aku dan dia berkata “Kita akan berjumpa kembali” seketika putri memeluku ku
dengan erat dia hanya bisa menangis disaat memeluk erat tubuhku
Saat ayah memanggil putri
untuk masuk kedalam mobil putri lalu menggengam tangan ku dan memberiku sebuah
gantungan yang indah lalu dia lekas berlari menuju mobilnya , sekujur tubuhku
ini lemas ketika kulihat putri ingin pergi jauh dari ku dan seketika hujan
turun membasahi bumi ini disaat ku berdiri melihat mobil putri pergi menjauh
dari pandanganku
Hari dimana putri pergi
takan aku lupankan
Kian hari telah berlalu
tetap ku jalani hari – hari ku mencari sebuah ilmu di perguruan tunggi sudah
dua tahun lamanya aku menunggu kabar dari putri namun sejak putri pergi tak ada
cerita tentangnya dan tak ada kabar darinya di pikiran ku mungkin dia sedang
sibuk dengan perkuliahanya , ingin sekali kulihat wajahnya dan menggetahui
keadaannya
Hari – hari ku jalani
seperti biasa , setiap hari aku selalu mengunjungi bukit itu sendiri
membayangkan putri selalu mendampingi ku disaat aku berada di bukit itu aku
menerima pesan dari teman SMA ku bahwa putri di kota yogyakarta , aku seketika
senang mendengarnya dan berencana ingin berlibur disaat libur UAS menuju rumah
putri
Hari demi hari tak sabar
rasa ingin cepat pergi menuju Yogyakarta itu namun ketika hari dimana aku pergi
menuju kota yogyakarta dengan Bis terjadi sebuah kecelakaan maut terhadap bis
yang aku naiki hingga aku berada di
ambang kematian
Bersambung