Aku Bukan Dirinya 3
Cerita dilanjutkan oleh
putri
5 Tahun sudah lamanya aku
berada di daerah yogyakarta dan kini aku pun ingin kembali bersama keluarga ku
pindah kembali ke daerah ihsan ketika aku di perjalanan terasa begitu lambat
karena aku tak tahan ingin bertemu ihsan yang selama 5 tahun ini detik waktu
terasa lama sekali di benak ku , waktu
berlalu begitu cepat disaat aku tertidur
dan ketika aku membuka mata aku sudah berada di daerah tempat ku dulu
bertemu ihsan aku sangat senang dan aku langsung menudju rumah ihsan semua kini
kian berubah banyak bangunan yang baru dan masih asing di pikiran ku akan
tetapi walau banyak bangunan baru aku selalu ingat dengan rumah ihsan
Ketika aku berjalan
menuju rumah ihsan banyak teman SMA ku menyapa ku dan saat aku berada tepat di
depan rumah ihsan aku sangat bahagia sekali lalu ku ketuk pintu rumah ihsan dan
keluarlah ibu ihsan ketika ibu ihsan melihatku dia heran melihat wajahku
seketika saat ibu mengenal diriku ini putri ibu ihsan langsung memeluk diriku
dengan di hiasi air mata ibu ihsan
Aku bertanya
“ Ibu kenapa menangis ?
Ihsan ada dimana bu ?
Dia sedang tidak ada
dirumah ? “
Ibu ihsan berkata
“ Ihsan putri
.,.,.,.,.,ihsan “
Hanya kata – kata itu
yang terucap di mulut ibu ihsan dan aku hanya bisa panik dan langsung aku
bertanya
“ Ihsan kenapa bu ?
Ihsan baik – baik saja
kan ?
Seketika air mata ku terus mengalir tanpa henti disaat ibu ihsan menceritakan sebuah kecelakaan disaat ingin berlibur dirumah ku yang berada di Yogyakarta
Aku bertanya
“ Ibu Ihsan ada dimana
Dengan air mata yang selalu menetes dipipinya
Ibu Ihsan
“ Ihsan koma di rumah
sakit sudah selama 2,5 tahun dia belum sadar , Dokter berkata ihsan sudah akan
dinyatakan meninggal “
Seketika hati ini seperti
ada yang menusuk dan rasanya sakit sekali mendengar kabar itu langusng aku
mengajak ibu ihsan menuju rumah sakit tempat ihsan dirawat , ketika kita tiba
di rumah sakit tersebut aku langsung bertanya tempat ruangan ihsan di rawat
kepada ibunya
Di ruangan melati no 1 tempat
ihsan dirawat , aku langsung menuju ruangan itu , ketika aku buka pintu ruangan
ihsan dirawat , seketika badan ini melemas air mata selalu mengalir melihat
ihsan berbaring tak berdaya di ruangan itu
Aku mengengam tangan
ihsan dan berjanji “ aku takan
meninggalkan mu dan akan merawatmu hingga kau sembuh dan tersenyum kembali
bersama diriku dan selalu ada disisi ku
Setiap hari aku selalu
merawatnya hingga disaat suka maupun duka ku aku selalu merawatnya tak terasa
waktu sudah terlewati 5 bulan tak terasa jika aku bersama ihsan walau dia tak
sadar dan pesan dokter keadaan ihsan mulai membaik dari 2 tahun yang lalu , aku
senang mendengarnya
Sehari – hari ku selalu
berdoa dan berharap ihsan bisa sadar seperti dulu lagi andaikan aku bisa merasakan yang dia
rasakan , jika bisa aku akan merelakan tubuh ini merasakan rasa yang ihsan
rasakan akan tetapi aku tak bisa karena AKU BUKAN DIRINYA
8 bulan telah berlalu
disaat aku membawa lembaran kertas kehidupan ku bersama dia dan saat aku berada
di luar kota ingin ku perlihatkan kepadanya walau dia tak sadar , setiap hari
aku berada di rumah sakit dan merawat ihsan akupun selalu menulis di sebuah
lembaran kertas ini , ku genggam tangan ihsan dan berkata “ andaikan kau bisa
melihat semua lembaran kehidupan aku dan dirimu ini “ kemudian tak terasa
tangan ihsan bergerak menggengam tangan ku dan dia sadar , rasa yang takan bisa
aku utarakan dengan kata – kata karena begitu amat senangnya , kemudian ihsan berkata putri kau ada disni .
Aku sangat senang dia
masih mengenal ku dan menyebut nama ku , tak lupa aku langsung meperlihatkan
lembaran kehidupan itu kepada ihsan , hari demi hari ihsan membaik semua orang
yang berada di sekitarnya merasakan senang melihat ihsan mulai membaik , Dokter
berkata ini sungguh diluar dugaan ku , kau membawa sebuah ke ajaiban kepada
ihsan , sungguh luar bisa .

Sekian
^_^